Aku butuh waktu. Waktu dimana hatiku
bisa bergetar kembali padamu. Ini tentang aku dan hatiku. Hatiku yang masih
digelayuti luka karena ketidakpekaanmu. Hatiku yang masih meradang kecewa
karena ketidakpastianmu.
Menyukaimu adalah pilihan
untukku. Pilihan untuk memantapkan hatiku utuh dan seluruh kepadamu. Hatiku
luluh lantak, bukan karena penolakanmu. Tapi karena kediamanmu yang membatu.
Kediaman yang kau jadikan gerbang untuk
membentengi hatimu sendiri.
Andai saja kamu tahu bahwa aku
ingin menantimu. Tidak perlu kalimat romantis untuk membuat hatiku tetap
tertuju padamu. Karena aku sudah memutuskan untuk memilihmu dengan apapun
kekuranganmu. Tapi apa dayaku jika aku ternyata punya keterbatasan kapasitas
hati. Entah apa yang membuat begitu dingin padaku, hanya padaku. Tidak perlu
menyiksaku terlalu lama jika memang kamu tidak suka. Tidak perlu membuatku
merasa digantung tanpa belas kasih. Aku hanya wanita dewasa yang ingin
menyayangimu dengan niat dan rasa yang semestinya sudah kamu tahu maksudnya.
Barangkali aku yang tidak
sabar akan kediamanmu. Barangkali aku yang tidak peka tentang arti kediamanmu.
Aku berusaha memahami tentang diam yang ada di dirimu, tapi semakin ku selami
semakin aku tak berdaya dengan kediamanmu yang terus sepanjang waktu. Aku
menyerah pada waktu. Aku menyerah pada diammu. Diam yang tidak akan ku cari
alasannya. Diam yang tidak ku mengerti. Diam yang apakah berarti ya atau tidak.
Jika memang diammu adalah
pertanda bahwa itu ketegasan tentang ketidaksepahaman dan penolakan untuk
bersama, maka aku akan terima. Aku tidak memaksamu mengerti hati dan pikiranku.
Aku hanya ingin kamu berucap jujur dari hati tentang hatimu padamu. Tak apa
jika kita tidak punya rasa yang sama, toh aku masih akan baik-baik saja dengan
patah hati ini. Sekali lagi mengingat aku sudah pernah ungkapkan untuk memantapkan
hatiku utuh dan seluruh kepadamu, maka tidak seharusnya kamu bersembunyi dalam
diam panjang. Bicaralah walaupun itu menyakitiku. Karena diammu lebih
menyakitiku. Menghempasku pada pikiran-pikiran yang ku tanya dan ku jawab
sendiri.
Kemudian setelah sekian lama,
kamu datang dengan cara yang tak pernah ku duga. Tiba-tiba. Seperti surprise
tanpa momen spesial. Membingungkan. Membuatku tidak karuan. Datang untuk
menawarkan rasa yang dahulu pernah kamu sangkal. Seketika aku tersakiti dengan
diam yang telah lalu. Sepertinya hatiku masih luka karena kamu, terlebih diammu.
Berbalik, aku yang belajar membentengi diriku dengan diam. Untuk menerimamu
kembali, meskipun dengan basa-basi yang akan ku buat dengan kompromi lewat
setengah diam.
Aku butuh waktu. Aku butuh waktu untuk melumerkan
hatiku yang telah lama membeku.
No comments:
Post a Comment